D. TINJAUAN TEORITIS
1.
Rasio Likuiditas
a.
Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) menurut Fred Weston
dalam kasmir (2008:129) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan
ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang
yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun did dalam perusahaan.
Rasio likuiditas atau sering juga
disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan
total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk
beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari
waktu ke waktu.
Terdapat 2 (dua) hasil penilaian
terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, sedangkan apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban
tersebut dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid.
b.
Tujuan Dan Manfaat Rasio Likuiditas
Dalam prakteknya terdapat banyak
manfaat dan tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak
pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan
dengan perusahaan seperti kreditor dan distributor atau supplier.
Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik
dari rasio likuiditas menurut Kasmir (2008:132) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
sediaan atu piutang
4. Untuk mengukur atau membandingkan
antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang
6. Sebagai alat perencanaan ke depan,
terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang
7. Untuk melihat kondisi dan posisi
likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk
beberapa periode
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki
perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada did aktiva lancar dan utang
lancar
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak
manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat rasio likuiditas yang ada
pada saat ini.
c.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008:134) jenis-jenis
rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan,
yaitu :
1. Rasio Lancar (Current ratio)
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
3. Rasio kas (cash ratio)
4. Rasio perputaran kas
5.
Inventory to net working capital.
1. Rasio Lancar (current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar
dapat juga dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan
cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar (Kasmir,
2008:134).
Dari hasil pengukuran rasio, apabila
rasio lancar rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk
membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi belum tentu
kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin.
2. Rasio Cepat (quick ratio)
Merupakan rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar
(utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan (inventory). Hal ini
dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk
diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
3. Rasio kas ( Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kas yang tersedia untuk
membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana
kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan did bank
(yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka
pendeknya.
4. Rasio Perputaran Kas
Menurut James O. Gill dalam Kasmir
(2008:140) rasio perputaran kas (cash turn
over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan
yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang)
dan biaya- biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Untuk mencari modal kerja,caranya
adalah mengurang aktiva lancar dengan utang lancar. Modal kerja dalam
pengertian ini dapat dikatakan sebagai modal kerja bersih yang dimiliki
perusahaan. Sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja merupakan
jumlah dari aktiva lancar.
Hasil perhitungan rasio perputaran
kas dapat diartikan sebagai berikut :
a) Apabila rasio perputaran kas tinggi,
berarti ketidakkemampuan perusahaan dalam membayar tagihannya
b) Sebaliknya apabila rasio perputaran
kas rendah, berarti kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam
waktu singkat sehingga perusahaan harus
bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
5. Inventory to Net Working Capital
Inventory to networking capital inventory
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut
merupakan pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2.
Modal
Kerja
Modal kerja sangat
penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Modal
kerja dapat terlihat dari bagaimana perusahaan tersebut menjaga keseimbangan
jumlah aktiva lancar dan jumlah hutang lancar agar dapat dipergunakan untuk
menunjang operasi perusahaan. Sepanjang keseimbangan tersebut tercapai, maka
modal kerja perusahaan tersebut dapat dikatakan baik dalam menentukan tingkat
likuiditas perusahaan. Hal ini berlaku lebih penting bagi perusahaan yang
sedang melakukan ekspansi dalam bisnisnya karena manajemen modal kerja yang
baik akan menghasilkan laba yang tinggi.
a.
Pengertian
Modal Kerja
Dalam dunia usaha,
peningkatan kegiatan usaha selalu menghadapi masalah-masalah pelik. Salah satu
masalah utama yang dihadapi oleh pimpinan atau pemilik perusahaan ialah
menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk kegiatan - kegiatan perusahaan.
Menurut Sawir (2005:129)
modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau
dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Menurut J. Weston dan Eugene F. Brigham yang dikutip oleh Sawir
(2005:129) Modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka
pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan
persediaan.
Untuk keperluan
analisis, pengertian modal kerja tersebut masih terlalu umum, sehingga perlu
dijabarkan konsep-konsep modal kerja. Menurut Sawir (2005:130-131) berkaitan dengan
pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep yaitu :
1. Konsep kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas
dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini
merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva
dimana dana yang tertanam did dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal
kerja bruto (Gross Working Capital).
2. Konsep kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian
ini sering disebut modal kerja bersih (Net Working Capital).
3. Konsep fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dari
dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam suatu
periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan
bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain
yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan
untuk menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut. Sebagian dari dana itu
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future
income).
b.
Jenis
– jenis Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja
dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan
oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh
perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang
tidak sama dari waktu ke waktu, seperti adanya permintaan disebabkan musiman.
Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga bisa mengalami perubahan.
Menurut Taylor yang
dikutip oleh Sawir (2005:132) jenis - jenis modal kerja dapat digolongkan dalam
:
1. Modal kerja permanen
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja
secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen
dapat dibedakan lagi dalam :
a) Modal kerja primer yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usaha.
b) Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja
yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian
yang dinamis.
2. Modal kerja variabel
Yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah - ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan
antara lain:
a) Modal kerja musiman yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah -ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah - ubah disebabkan
karena fluktuasi konjungtur.
c) Modal kerja darurat yaitu modal kerja
yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya.
c. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor - faktor
sebagai berikut (Tunggal, 1995:96-101) :
1. Sifat atau jenis
perusahaan
Kebutuhan modal kerja
tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan perusahaan.
2.
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual
serta harga persatuan dari barang tersebut.
3. Cara-cara atau syarat-syarat
pembelian dan penjualan
Kebutuhan modal kerja
perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan. Makin banyak
diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit
modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan.
4. Perputaran
persediaan
Makin cepat
persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian
persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas
barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persedian. Disamping itu biaya
yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.
5. Perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja
juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila penagihan piutang
dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan tinggi sehingga
modal kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera digunakan
dalam siklus usaha perusahaan.
6. Siklus Usaha
(Konjungtor)
Perusahaan akan
berupaya untuk membeli barang terdahulu untuk memperoleh harga yang rendah dan
memastikan adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut
diperlukan modal kerja yang besar.
7. Musim
Apabila perusahaan
tidak dipengruhi musim, maka penjualan tiap bulan
rata-rata
sama. Tetapi jika dipengaruhi musim, perusahaan memerlukan
sejumlah
modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek.
Ada
2 macam musim :
a.
Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja
sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi atau sedikit produksinya.
b.
Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan dalam bulan-bulan
tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.
d.
Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Menurut Sawir
(2005:141) sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah :
1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang
berasal dari laba maupun penambahan modal saham.
2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva
tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3. Ada penambahan hutang jangka panjang,
baik dalam bentuk obligasi atau hutang jangka panjang lainnya.
Sedangkan menurut Munawir
(2004:120-123) sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah
net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah
dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang
berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan
perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. dengan adanya keuntungan atau laba
dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat
berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan
untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat
dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Penjualan aktiva tidak lancar. Sumber
lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap,
investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan
lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan saham atau obligasi. Untuk
menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula
mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk
menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi
atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal
kerjanya.
Menurut Sawir
(2005:142) penggunaan - penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut :
1. Berkurangnya modal sendiri karena
kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.
2. Pembayaran hutang-hutang jangka
panjang.
3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva
tetap.
Penggunaan - penggunaan
aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja menurut Munawir
(2004:125-127) adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos
operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang
dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Pembayaran
biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau penghasilan
perusahaan yang bersangkutan. Penggunaan aktiva lancar untuk pembayaran biaya
operasi ini baru merupakan penggunaan modal kerja kalau jumlah biaya suatu
periode lebih besar daripada jumlah penghasilannya (timbul kerugian).
2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh
perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian
yang insidentil lainnya. Penggunaan modal kerja karena kerugian yang di luar
usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan
modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar laporan itu lebih informatif bagi para
pembacanya. Adapun kerugian baik yang rutin maupun yang insidentil akhirnya
akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan
aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana
pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana
lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk aktiva
dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva
tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang
mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang
berakibat berkurangnya modal kerja.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang
yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka
panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun
untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang
jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
6. Pengambilan uang atau barang dagangan
oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya
pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan
persekutuan atau adanya deviden dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain
adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar
atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan data - data yang diperoleh dari PD. Mawarani Maumere berupa
laporan keuangan perusahaan yang berupa laporan laba - rugi dan laporan neraca.
Kemudian data - data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis rasio
likuiditas dan analisis kebutuhan modal kerja. Dalam hal ini, analisis rasio
likuiditas mencakup analisis current rasio, quick ratio dan cash ratio,
sedangkan analisis penggunaan modal kerja mencakup analisis perputaran kas,
analisis perputaran piutang dan analisis perputaran persediaan. Setelah
diketahui likuiditas dan penggunaan modal kerjanya, maka akan dilakukan interprestasi
hasil pengolahan data tersebut untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dan pengaruhnya
terhadap kebutuhan modal kerja bagi perusahaan.
Adapun
alur kerangka pemikirannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
1.1
Kerangka
pemikiran
·
NERACA
·
LAPORAN LABA – RUGI
·
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
|
LIKUIDITAS
|
o Current
ratio
o Quick
Ratio
o Cash
Ratio
|
MODAL KERJA
|
o Perputaran Kas
o Perputaran Piutang
o Perputaran Persediaan
|
F. HIPOTESIS
Berdasarkan
latar belakang masalah dan tujuan penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
“Diduga
Tingkat Likuiditas (Current Ratio,Quick
Ratio dan Cash Ratio) Perusahaan dalam keadaan Ilikuid dan berpengaruh
Terhadap Kebutuhan Modal Kerja pada PD. Mawarani Maumere”.
G. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini metode
yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang
dilakukan bersifat mendeskripsikan data yang telah terkumpul dengan obyek yang
di teliti dikomparasikan dengan teori yang ada, menganalisis serta menyimpulkannya.
Di dalam metode analisis yang digunakan masing - masing akan diuraikan di bawah
ini :
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
1). Data Kualitatif
Yaitu
data yang dinyatakan dalam bentuk sejarah
singkat perusahaan dan bidang usaha perusahaan.
2). Data Kuantitatif
Data yang dikumpulkan penulis dalam
bentuk angka - angka yang berhubungan dengan likuiditas perusahaan dan modal kerja pada PD.
Mawarani Maumere dengan
mengumpulkan data yakni laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
periode 2008 - 2012.
b. Sumber Data
1). Data Primer
Merupakan sumber data penelitian yang
dikumpulkan secara langsung dari sumber utamanya baik dalam bentuk keterangan
dan angka yang berhubungan dengan penelitian ini.
2). Data sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara dan dokumentasi.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari
literatur - literatur dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diteliti dalam penulisan proposal penelitian ini.
b. Study Lapangan
1. Wawancara (Interview)
Wawancara yang digunakan adalah dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan pihak - pihak yang berkompeten dalam bidang yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
2. Observasi
Penelitian ini juga dengan cara melihat secara langsung, mendengar, dan
mengamati sendiri obyek yang diteliti sekaligus untuk penyesuaian data yang
diperoleh melalui wawancara.
3. Dokumentasi
Yakni mempelajari dan menyalin catatan atau dokumen yang berhubungan
dengan data yang diperlukan berupa laporan keuangan perusahaan yang meliputi
gambaran umum perusahaan, jenis produk dan jumlah produksi, neraca dan laporan
laba rugi.
3. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Metode analisis data yang dipakai adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat Likuiditas :
a). Quick Ratio =
Aktiva lancar
Utang Lancar
b). Current Ratio =
Aktiva Lancar – Persediaan
Utang Lancar
c). Cash Ratio = Kas + Bank
Utang Lancar